FI’IL MUDHORI : DEFINISI, CIRI – CIRI, PEMBAGIAN, DAN CONTOHNYA

Diposting pada

FI'IL MUDHORI

FI’IL MUDHORI : DEFINISI, CIRI – CIRI, WAZAN, DAN CONTOHNYA

Sistem Madrasah – FI’IL MUDHORI : DEFINISI, CIRI – CIRI, PEMBAGIAN, DAN CONTOHNYA – Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk terus belajar dan menggali ilmu, khususnya dalam memahami bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Salah satu aspek penting dalam mempelajari bahasa Arab adalah memahami fi’il atau kata kerja, terutama fi’il mudhori yang memiliki peran vital dalam pembentukan kalimat dan makna dalam bahasa ini.

Artikel ini disusun untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang fi’il mudhori, mulai dari definisi, ciri-ciri, pembagian, hingga contoh-contohnya. Sebagai salah satu jenis kata kerja dalam bahasa Arab, fi’il mudhori sering dijumpai dalam banyak kalimat dan memiliki banyak aspek yang perlu dipahami dengan baik. 

Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi para pembaca, baik yang sedang belajar bahasa Arab secara intensif maupun yang ingin mendalami lebih dalam aspek-aspek tata bahasa Arab. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang fi’il mudhori, diharapkan pembaca dapat mengaplikasikannya dalam mempelajari Al-Qur’an, hadits, serta komunikasi dalam bahasa Arab sehari-hari.

Terakhir, penulis berharap agar artikel ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan, penulis dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang.

FI’IL MUDHORI

Definisi Fi’il
Mudhori’

Apa pengertian  fi’il mudhori’? Pengertian fi’il mudhori’ terbagi tiga yaitu:

  1. Menurut lughot:  المُشَابِهَةُ  artinya suatu
    penyerupaan.
  2. Menurut istilah
    makna
    : وَهُوَ مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ وَقَعَ فِى
    الزَّمَانِ يَحْتَمِلُ الحَالَ وَالْاِسْتِقْبَالَ
     
    artinya
    suatu pekerjaan  yang menunjukan suatu
    perbuatan di masa sekarang  dan masa yang
    akan datang .
  3. Menurut istilah
    lafadz : مَا كَانَ فِى اَوَّلِهِ
    اِحْدَى الزَّوَائِدِ الاَرْبَعِ
    artinya Suatu
    kalimat yang diwalnya terdapat salah satu huruf zaidah yang empat (
    ا ن ي ت).

Mengapa disebut fi’il mudhori’? لِمُشَابِهَةِ بِاسْمِ الفَاعِلِ فِى الحَرَكَاتِ وَالسَّكَنَاتِ  artinya
karena menyerupai isim fa’il
pada harkat dan sukunnya.

Ciri Fi’il Mudhori’

Apa sajaciri
fi’il mudhori’? Ciri fi’il
mudhori’ yaitu apabila fi’il tersebut diawali dengan salah satu dari empat
huruf zaidah.keempat huruf zaidah itu ialah:

  1. Huruf hamzah (ا)
    contoh اَنْصُرُ
  2. Huruf nun (ن)  contoh نَنْصُرُ
  3. Huruf  ta (ت )contoh تَنْصُرُ
  4. Huruf  ya (ي) contoh يَنْصُرُ

Tetapi keempat
huruf ini dapat menjadi ciri fi’il mudhori’ apabila masyhur artinya.masyhur
maksudnya adalah apabila huruf hamzah menunjukan wuqu’ mutakalim wahdah.huruf
nun menunjukan wuqu’ mutakalim ma’al ghoir 
atau mu’adzom nafsihi, huruf ya menunjukan wuqu’ ghoib dan ghoibah ,dan
huruf ta menunjukan wuqu’ mukhothob dan mukhothobah .mengapa fi’il mudhori’
harus memakai huruf zaidah?
فَرْقًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ المَاضِى  Artinya untuk membedakan dari fi’il madhinya.

Ulama ahli shorof
telah sepakat dalam penggunaan huruf zaidah sebagai cirri fi’il mudhori’ dan
huruf huruf tersebut dikumpulkan atau disatukan dalam lafadz:

  1. Lafadz  اٰنَيْتُ  artinya saya telah menemukan .
  2. Lafadz  اٰتَيْنَ  artinya para wanita itu telah datang .
  3. Lafadz  نَأْتِيْ  artinya kami datang.

Apabila dipilih
diantara tiga lafaadz tersebut  maka yang
mu’tamad yaitu lafadz 
اٰنَيْتُ . Mengapa
demikian? 
لِاَنَّ اٰنَيْتُ بِمَعْنَى اَدْرَكْتُ فَفِيْهِ تَفَائُلًا بِاِدْرَاكِ
المَطْلُوْبِ
  Artinya karena
sebenarnya lafadz 
اٰنَيْتُ  memiliki arti(menemukan)oleh karena itu kita
mencari barokah  dari perkara yang
dicari.
Mengapa lafadz  اٰنَيْتُ didahuukan dari
lafadz lainnya? لِاَنَّ المَاضَةَ مُقَدِّمّ عَلى المُضَارِعِ Artinya karena fi’il madhi lebih dahulu
daripada fi’il mudhori’.

Contoh Fi’il Mudhori

  1. Huruf zaidah hamzah menunjukan wuqu’ mutakalim wahdah contoh
     اَنْصُرُ
  2. Huruf zaidah nun
    menunjukan wuqu’ mutakalim ma’al ghoir apabila dinisbatkan ( digabungkan) ke
    hadits (makhluk) contoh نَنْصُرُ
     dan menunjukan mu’adzhom nafsihi  apabila dihubungkan ke Allah contoh   نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ…….الخ الآية
  3. Huruf zaidah ya
    menunjukan wuqu’ mufrod  mudzakar ghoib
    contoh  يَنْصُرُ  , tasniah mudzakar ghoib contoh  يَنْصُرَانِ  , dan jama’  
    mudzakar ghoib contoh 
    يَنْصُرَوْنَ
    , selain itu huruf zaidah ya
    juga menunjukan wuqu’ jama’ muanatsah ghoibah contoh
    يَنْصُرْنَ               
  4. Huruf zaidah ta
    menunjukan mufrodah muanatsah ghoibah contoh تَنْصُرُ , tasniah muanatsah ghoibah  contoh تَنْصُرَانِ , mufrod mudzakar mukhotob contoh تَنْصُرُ  ,tasniyah mudzakar mukhotob contoh تَنْصُرَانِ,
    jama’ mudzakar mukhotob
    contoh 
    تَنْصُرَوْنَ
    , mufrodah muanatsah
    muhotobah  contoh
    تَنْصُرِيْنَ  , dan jama’ muanatsah mukhotobah contoh  تَنْصُرْنَ

Qiyasan ke empat
belas fi’il mudhori’ ini terbagi tiga yaitu wuqu’ ghoib/ghoibah , wuqu’
mukhotob/mukhotobah dan mutakalim wahdah/ma’al ghoir.

Pembagian Fi’il Mudhori’

1. Fi’il Mudhori dari segi waktu terbagi tiga yaitu:

  • Mudhori’ hal cirinya yaitu apabila fi’il mudhori’ memakai
    qorinah(penghubung)hal contoh
     يَقُوْمُ الْآنَ (sekarang dia sedang berdiri)
  • Mudhori’ mustaqbal 
    cirinya apabila fi’il mudhori’ 
    memakai qorinah mustaqbal contoh يَقُوْمُ غَدًا (besok dia akan
    berdiri)
  • Mudhori’ muhtamal cirinya apabila fi’il mudhori’tidak
    memakai qorinah hal ataupun mustaqbal contoh يَقُوْمُ (dia sedang/akan
    berdiri)

Seperti qoidah :

مُضَارِعٌ اِلَى ثَلَاثَةٍ وُسِم * مُحْتَمِلٌ مُسْتَقْبَلٌ
حَلًا وُسِم

Fi’il mudhori’
terbagi tiga *muhtamal mustaqbal dan hal yang ke tiga

Fi’il Mudhori
yang memakai sin tanfis atau saufa taswif

Fi’il Mudhori
yang memakai sin tanfis atau saufa taswif yang menunjukan waktu yang akan
datang (mustaqbal). Akan tetapi mustaqbal tersebut yafshil apabila fi’il
mudhori tersebut memakai sin tanfis maka arti dari fi’il mudhori tersebut
menunjukan waktu yang akan datang dalam waktu dekat. Apabila apabila fi’il
mudhori tersebut memakai saufa taswif maka arti dari fi’il mudhori tersebut
menunjukan waktu yang akan datang dalam waktu yang masih jauh. Apa itu tanfis ?
وَهُوَ تَأْخِيْرُ
الفِعْلِ فِى الزَّمَانِ المُسْتَقْبَلِ
artinya mengakhirkan pekerjaan di dalam waktu yang akan
datang. Apa itu taswif?
وَهُوَ تَأْخِيْرُ الفِعْلِ اَكْثَرُ مِنَ التَّنْفْسِ artinya mengakhirkan
pekerjaan di dalam waktu yang lebih lama (dari tanfis). Mengapa fi’il mudhori
yang memakai sin tanfis dan saufa taswif memiliki makna mustaqbal? Karena ada
qoidah :

وَالسِّيْنِ تَنْفِيْس تَدُلُّ قَرِيْبًا * وَ السَّوْفَ
تَسْوِيْفِ تَدُلُّ بَعِيْدًا

Sin tanfis menunjukan waktu dekat * Saufa taswif
menunjukan waktu tidak dekat (lama)

Qorinah terbagi dua, yaitu:

Qorinah majazi, yaitu وَهُوَ كَلِمَةٌ مَانِعَةٌ عَنْ اِرَادَةِ مَعْنَى الاَصْلِى artinya suatu kata yang
tidak menunjukan kata sebenarnya. Contoh
رَاَيْتُ اَسَدًا فِى المَسْجِدِ يُصَلِّى (saya melihat singa dimesjid sedang melaksanakan
sholat) yang dimaksud adalah seseorang yang disegani/ditakuti sedang
melaksanakan sholat di mesjid.

Qorinah zamani, yaitu وَهُوَ كَلِمَةٌ مَخْصُوْصَةٌ فِى الزَّمَانِ artinya suatu kata yang ditentukan untuk waktu. Contoh يَقُوْمُ الْآنَ (sekarang dia sedang
berdiri)

2. Fi’il Mudhori dari segi i’robnya terbagi dua yaitu:

Sebagai mana pada penjelasan fi’il madhi fi’il Mudhori pun terbagi dua , yaitu fi’il Mudhori mabni fa’il dan fi’il Mudhori mabni maf’ul.

1). Fi’il Mudhori Mabni Fa’il

Fi’il Mudhori Mabni Fa’il terbagi dua yaitu :

  • Difathahkan huruf zaidahnya (huruf ciri mudhori), apabila fi’il tersebut
    fi’il tsulasi, khumasi dan sudasi. Contoh
    يَنْصُرُ ، يَنْكَسِرُ ، يَجْتَمِعُ، يَسْتَخْرِجُ . Kenapa di fathahkan? لِلتَّخْفِيْفِ artinya supaya ringan
  • Dikasrohkan huruf sebelum akhir fi’il tersebut  apabila fi’il tersebut fi’il ruba’i. Yang
    dimaksud fi’il ruba’i disini adalah fi’il tsulasi mazid fih atau fi’il ruba’i
    mujarod. Contoh يُكْرِمُ ، يُدَحْرِجُ .
    Kenapa dikasrohkan? فَرْقًا بَيْنَ الفَاعِلِ وَالمَفْعُوْلِ  artinya supaya
    beda antara mabni fa’il dan mabni maf’ul

2). Fi’il Mudhori Mabni Maf’ul terbagi dua yaitu:

Fi’il Mudhori Mabni Maf’ul terbagi dua yaitu:

  • Didhomahkan huruf zaidahnya (huruf ciri mudhori), contoh يُنْصُرُ ، يُنْكَسَرُ ، يُجْتَمَعُ،
    يُسْتَخْرَجُ
    . Kenapa di dhomahkan ? فَرْقًا بَيْنَ الفَاعِلِ
    وَالمَفْعُوْلِ
      artinya supaya beda antara mabni fa’il dan mabni
    maf’ul.
  • Difathahkan huruf sebelum akhir fi’il tersebut , kenapa huruf sebelum akhir
    difathahkan? لِيَعْتَدِلَ الضَّمُّ
    بِالفَتْحِ فى المُضَارِعِ اَلَّذِي هُوَ اَثْقَلُ مِنَ المَاضى
    artinya Karena supaya
    adil harkat dhomah kepada harkat fathah di dalam fi’il mudhori, karena fi’il mudhori
    lebih berat dibanding fi’il madhi.

Kenapa huruf fi’il mudhorinya tidak d fathahkan melainkan di dhomahkan?
Karena supaya tidak keliru dengan fi’il mudhori tsulasi. Kenapa lafadz
يُكْرِمُ di dhomahkan huruf
mudhorinya? Karena

 لِاَنَّ الرُّبَاعِيَّ فَرْعُ الثُّلَاثِى وَ الضَّمُّ  فَرْعُ الفَتْحِ اُعْطِيَ الْاَصْلُ للْاَصْلِ وَالفَرْعُ
لِلْفَرْعِ

Artinya Karena fi’il ruba’i (sebangsa empat hurufnya) furu’ (cabang) dari
fi’il tsulasi (sebangsa tiga hurufnya), 
dan harokah dhomah merupakan furu’ (cabang) dari harokah fathah, maka
hukum asal diberikan pada yang asal dan hukum furu’ (cabang)  pada furu’ (cabang) juga.